Jika dalam sebuah penelitian terjadinya penyakit fobia pada lubang kecil dialami karena reaksi alam bawah sadar. Baru-baru ini menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli, hal tersebut dapat terjadi karena perliku dari nenek moyang manusia itu sendiri..
Pengertian dari fobia ini adalah rasa ketakutan yang dialami seseorang secara berlebihan terhadap suatu hal atau fenomena. Fobia terhadap lubang kecil atau biasa disebut dengan Trypophobia ini dipercaya banyak menyerang seseorang diseluruh belahan dunia.
Apabila seseorang mengidap penyakit Trypophobia, mereka akan merasa bergidik, jijik sampai tidak ingin melihat objek benda yang memiliki lubang-lubang kecil atau kulit yang berbintik-bintik.
Dalam sebuah penelitian sebelumnya para pakar mengatakan bahwa rasa jijik yang ditimbulkan seseorang ketika melihat benda penuh dengan lubang adalah reaksi bawah sadar mereka yang terjadi karena rasa takut terhadap penyakit tertentu.
Sebagai contohnya yaitu penyakit cacar air yang membekaskan luka berupa bintik-bintik yang cukup menjijikkan diarea tersebut.
Akan tetapi, dikutip dari Daily Mail pada tanggal 06 September lalu, bahwa penyakit Trypophobia ini merupakan sebuah penyakit diakibatkan dari bawaan yang diturunkan dari generasi ke generasi bahkan dimulai dari era manusia purba dahulu.
Namun, pakar Geof Cole dan Arnold Wilkins dari University of Essex Centre for Brain Science berpendapat lain. Cole dan Wilkins adalah ilmuan yang pertama kali meneliti tentang penyakit Trypophobia ini. Mereka berdua percaya bahwa reaksi tersebut hanya berdasarkan jijik secara biologis.
Dalam sebuah artikel yang telah ditulis oleh Cole dan Wilkins di Psychological Science 2013 lalu, mereka mengatakan bahwa reaksi didasarkan pada respon otak yang mengaitkan bentuk dengan bahaya. Hal tersebut dapat menimbulkan reaksi yang dikatakan lubang berkerumun dalam sebuah konteks berbahaya seperti halnya buah dengan gelembung.
Tambahkan komentar Anda
EmoticonEmoticon